My Dear Diary

Ada Mutiara di balik Kisahnya

Manusia kadang Cuma sawang sinawang. Enak ya suaminya kerja di Ono duitnya banyak. Sungguh andai aku bisa mencegah berkata jangan. Sungguh lebih baik hidup apa adanya tapi hidup dalam damai dan ketenangan. Aku tahu suamiku pergi bukan semata demi keluarga kecil kita tapi demi keluarga dia lebih dulu. Ibarat kata kalau keluarga dia tidak banyak beban mungkin dia bisa bertahan menjalani hari-hari bersama keluarga kecil kita. Tak perlu ngoyo mencari dana tambahan. Siapa yang bisa bertahan kalau semua bergantung dengannya. Jujur aku sebagai istri ada rasa sakit tapi semua aku kembalikan pada belajar Iklas.  Mungkin Tuhan memberikan jalan bagaimana aku bisa menjadi manusia iklas. Coba bersabar dengan tetep bertahan dalam ketidak adilan.

Setiap jengkal waktu aku habiskan sendiri bersama anaku. Anak tentu yang akan menjadi korban kasih sayang yang kurang menentukan tumbuh kembangnya yang terlambat dengan teman sebayanya. Iya anaku belum bisa bejalan diusianya menginjak 2 tahun . Hatiku sakit menerima semua ini sendiri. Ujian berat ini aku pikul sendiri tanpa pendampingan suami. Dia belum bisa berdiri dan duduk sendiri, makanpun masih susah menelan. Mungkin dari situlah perkembangan anaku kurang. Asupan gizi yang kurang karena sulitnya tubuhnya menerima makanan.

Dipikir aku seperti orang stress hari-hari, tapi kegelisahanku keterpurukanku bukan untuk aku tunjukan pada mereka agar iba terhadapku. Menagispun aku hampir jarang bisa dibilang tidak pernah, saat anaku sakitpun aku enggan untuk menentaskan air mata. Bukanya aku tidak bingung atau tidak sedih tapi hati ini sudah mengeras hingga sulit untuk tersentuh lagi. Begitu perihnya hari-hari yang sudah terlewati buatku tidak lagi mudah tersentuh.

Komentar

Postingan Populer