Cerbung Islami

Ketika Iman  Di Persimpangan Cinta
Oleh: Murniasih Dan Sarmy Quratul

Tiba-tiba ponsel berbunyi, diraihnya kemudian dia membaca pesan yang muncul.

"Zahara maafkan semua yang sudah kulakukan terhadapmu, keluargamu, aku khilaf dengan semua yang kulakukan, ini semua di luar dugaan, imanku yang lemah yang tidak bisa menghindari godaan besar itu. Aku malu terhadap diriku sendiri, terhadap Allah, aku juga ingin segera bertaubat. Maafkanlah aku yang masih sayang kamu," pesan Fatur panjang lebar.

Dadanya seolah semakin menggelembung menahan tangis yang tidak bisa ditahan, Zahara kemudian meletakkan kembali  ponsel di atas meja.

"Berat ujian-Mu ya Allah, aku tidak kuasa untuk menghakimi dia yang telah menyakitiku. Dibiarkan pesan dari Fatur, lalu solat isya .

"Assalamualaikum Umi?" Zahara menelepon uminya.

"Wa'allaikumsalam Nak, umi malu semua tetangga membicarakan keluarga kita," umi hanya bisa menangis menyampaikan kegundahan hatinya.

"Iya Umi, mungkin ini yang terbaik untuk Zahara, mungkin Allah punya rencana yang lebih indah."  Zahara mencoba menenangkan.

Malam pun semakin larut, Zahara tidak bisa tidur lelap. Kesunyian malam seolah tahu apa yang dirasakan Zahara.

*****

Ternyata kandungan Dewi semakin membesar, sembilan bulan menunggu tapi Fatur tidak juga mempertanggung jawabkan perbuatannya. Otaknya sudah mendidih, dengan berani Dewi mencoba mendatangi rumah Fatur, bertemu dengan kedua orangtuanya. Ibu Fatur menangis di sofa, dia sangat kecewa dengan anak laki-lakinya.

"Iman kamu ada dimana, untuk apa ilmu yang selama ini kamu pelajari di pesantren Nak?" ibunya menyeka airmata dengan jilbab hitam besarnya, dia tergugu.

"Pantas saja abang tergoda dengan wanita sepertimu, gaya pakaian yang kamu kenakan seperti mengundang syahwat laki-laki, dandananmu menor seperti artis dangdut, sedang hamil saja kau masih bisa berpakaian yang mengundang nafsu," Resti, kakak perempuan Fatur menimpali sembari melihat dari ujung kaki hingga ujung rambut, rambut dan lipstik warna merah menyala membuat mata Resti kian menyulutkan amarah. Pandangan aneh dilihatnya begitu tajam.

"Saya tidak perlu mendapat komentar tentang diri saya, tapi saya datang kemari untuk meminta pertanggung jawaban Fatur," Dewi naik pitam.

"Aku hanya butuh waktu, untuk bicara dengan keluargaku?" Fatur mencoba menenangkan Dewi.

"Iya sampai bayi ini lahir dan tidak memiliki bapak, bajingan kamu?" Dewi ahirnya mengeluarkan kata-kata kasar.

"Begini perempuan pilihanmu Fatur? " ibunya menatap tajam Dewi. Dewi tertunduk malu.

Keadaan semakin memanas, ayah Fatur terpaku dan sangat syok mendengar berita yang mengejutkan itu. Tubuhnya tiba-tiba terbaring lemas, tidak sadarkan diri, ia terbujur kaku.

"Abi ... abi ... abi ...." Semua menangis memanggil. Kemudian menggotong ke mobil ambulan dan dibawa ke rumah sakit.

Setelah diketahui ayah Fatur ternyata kena serangan jantung dan stroke.

*****

Kecemasan keluarga semakin bertambah kala orang-orang kampung mulai tahu dan mengguncingkannya.

"Katanya dari pesantren ga tahunya, menghamili anak orang, " suara Sari diantara kerumunan orang yang sedang membeli sayur mayur di warung.

"Kadar keimanan seseorang tidak diukur apakah dia lulusan pesantren apa bukan." Suara salah seorang Ustaz menengahi perbincangan, yang tidak sengaja sedang lewat untuk membeli kapur.

"Assalamualaikum Pak Ustaz?" sapa Sari

"Wa'allaikumsalam, jangan pada ngegosip! nambahin dosa kalian masing-masing!" tegur pak ustaz.

"Maaf Pak, bisa Pak Ustaz jelaskan maksud dari kata-kata tadi yaitu, soal kadar keimanan seseorang!" pinta Sari kembali.

"Gini ya saya jelaskan, kadar keimanan seseorang bisa diketahui setelah datangnya cobaan. Bukan dari asal dia terlihat seperti ahli agama sekalipun.

"Ada sebuah cerita sahabat Nabi bertanya, 'apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?' Rasulullah pun menjawab,  'mungkin saja '. Kemudian ada lagi yang bertanya,  'apa mungkin seorang mukmin itu pelit juga kikir?,  Rasulullah menjawab kembali,  'mungkin saja' dan yang terakhir,  'apakah mukmin juga berdusta?' Rasulullah menjawab 'TIDAK '. Dia sedang diuji keimanannya tapi dia gagal karena dia mampu berbohong dengan orang lain, menjalani hubungan terlarang". Seraya memandang ke semua orang.

"Nah dari cerita tadi bisa ditarik kesimpulan kan?" tutur pak ustaz, sembari menerima kapur pesanannya. "Jadi ga ada ya hubungannya dengan pesantren, karena disana tempat mencari ilmu tapi keimanan seseorang kembali lagi pada hatinya dan perbuatannya. Apakah dia munafik atau pendusta. Lanjut Ustaz Hakim.

Semua saling mengangguk sebagai tanda mereka maksud apa yang sedang dijelaskan pak Ustaz.

"Semua manusia terlahir suci ,namun dalam perkembangan manusia tak luput dari kesalahan kecil maupun besar.Dan ujian keimanan tak pernah pandang bulu karena tanda kebesaran-Nya".Tutup pak Ustaz sembari pamit kembali ke Pondok pesantren.

*****

Fatur mencoba memejamkan mata tapi kedua bola matanya enggan tertutup. Kembali dia mengambil air wudu untuk melakukan solat taubat, dia menangis menyesali perbuatan yang sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Setelah selesai solat, dia melirik kembali ponselnya. Tiba-tiba berbunyi

'Tet ... tet ....' Dibuka sms itu, "Allah saja memaafkan umat-Nya masa Zahara tidak mau memaafkan mas Fatur," isi sms itu.

"Alhamdulillah Zahara, hati mas sekarang sedikit tenang," balas Fatur.

Pagi mulai menyapa, malam berganti dinginnya pagi hari.

Ahirnya pernikahan itu berlangsung sangat meriah, baju pengantin ala eropa berwarna putih bersih dengan jilbab berhias manik-manik seperti permata berkilauan, mata yang lebar dan indah dengan hiasan tinta hena di tangan sangat indah, Fatur merasa sangat bahagia bisa menikah dengan Zahara wanita sholehah, semua keluarga besar ikut menghadiri.

"Antarmuka wa zawajtuka maktubataka  Zahara Riana Asih binti Sabar Baharudin Alal mahri seperangkat alat solat dibayar tunai". Suara penghulu.

Semua hening saat upacara akad nikah berlangsung, semua mata tertuju kepada kedua mempelai, airmata Zahara jatuh saat semua tamu undangan, berucap 'Alhamdulilah sah '.

Ucapan selamat datang berhamburan, menambah kebahagiaan yang ada. Anak-anak yatim piatu, mengucap doa secara masal, kemudian mencium punggung tangan kedua mempelai secara bergantian. Senyum mereka merekah menerima rizki.

Kini mulai sepi, para tamu undangan yang datang pamit pulang, seperti pengantin baru pada umumnya. Tinggallah mereka berdua terdiam di kamar tanpa suara, tanpa gerakan, hanya kaku menjalar di sekujur tubuh karena rasa malu dengan kekasih halalnya kini.

"Ayy ... Alhamdulillah ya acaranya lancar hari ini?" Fatur berkata.

"Iya ... " Zahara mengangguk pelan.

"Boleh kan? aa buka cadarnya, sekarang kita kan sudah halal!" Fatur berkata dengan sangat lembut.

Perlahan tangan Fatur meraih kancingan cadar di atas kepala, permata indah penghias hijab, mulai diturunkan. Kerlingan mata begitu indah dengan riasan yang masih menempel, Zahara begitu sangat cantik walau hanya bagian mata yang terlihat. Saat cadar dibuka wajahnya berubah menjadi Dewi bukan Zahara.

"Astagfirullahhalazhim" keringat dingin mengucur dari tubuh Fatur dan terbangun dari mimpi. Dia kesiangan bangun karena tertidur saat fajar menjemput.

"Ternyata ini hanya mimpi," ucapnya lirih.

Dia melirik jam dinding, jam 6:30 pagi, cepat-cepat dia mengambil air wudu, dan solat subuh yang sudah terlewatkan.

"Maafkan Zahara ya mas, kita tidak bisa meneruskan rencana pernikahan itu, sudah aku fikirkan masak-masak, biarlah undangan sudah tersebar, menikahlah dengan Dewi saat hari pernikahan kita nanti, aku iklas dan aku rela, lahir batin Mas, aku meridhai hubungan kalian demi bayi yang ada dalam kandungan Dewi. Semoga Mas hidup bahagia dan bisa menjadi pemimpin keluarga yang baik, maaf lama balasnya, Wa'allaikumsalam wr.wb." Pesan Zahara panjang lebar.

Tanpa terasa airmata Fatur menetes, menyesali perbuatan yang sudah terjadi. Hari pernikahan sudah ditentukan tapi semua berubah, segalanya telah direncanakan tapi semua hilang tak berbekas, rajut indah tentang masa depan, rencana rumah tangga sudah di pelupuk mata, tapi kini hilang entah kemana. Mimpi mempunyai istri yang sholeh telah sirna.

*****

Di KJRI Hong Kong, Zahara mempersiapkan acara launching buku barunya yang bertajuk, 'Cinta Berkalung Sorban'. Dalam kegundahan hatinya, dia harus tetap semangat, menjalani hari-hari. Mimpinya merajut masa depan, apapun yang dilalui dia selalu percaya itu ujian keimanannya.

"Assalamualaikum, teman-teman mungkin ini jadi karya terindah dalam sejarah kehidupan saya, saat ujian datang ternyata Allah mengganti kesedihan dengan cara yang paling Indah yaitu saya masih bisa tetap berdiri tegak sampai hari ini. " Ucapnya memecah keheningan pagi.

Semua bertepuk tangan penuh semangat. Suasana semakin meriah menjelang siang hari, setelah sesi pembukaan kini Zahara naik panggung lagi untuk membacakan sebuah puisi.

"Muhasabah Cinta "

Butir-butir cinta naungan zikir
Aku terpaku nikmat Tuhanku
Ujian hidup berat untukku
Tapi semua itu jadiknku lebih bermunajat setiap waktuku

Butir-butir airmataku mengukir aksara
Terlahir indah dengan sebuah goresan pena luka
Mungkin ini keindahan dalam balutan cerita
Biarlah ini sebagai penawar dosa

Tepuk riuh membahana memecah keheningan ruang dan waktu, salah seorang sahabat, Mirna namanya menangis tergugu di kursi depan, dia merasa sangat terharu dengan ketegarannya. Acara berjalan lancar berahir dengan foto bersama dan tanda tangan dari para penggemar sesama sahabat seperjuangan.

*****

Sementara di Surabaya Jawa Timur, telah dilangsungkannya pernikahan yang sesungguhnya telah dimulai, pesta pernikahan berlangsung sesuai rencana awal, tapi kini bersama Dewi, Fatur bersanding. Sebagian sahabat yang hadir merasa kaget, ketika menyapa sang pengantin baru. Fatur hanya bisa tertunduk malu, bahkan tanpa segurat senyum di wajah.

"Dari mana kamu mengenal dia?" sapa Ridwan sahabat seperjuangan waktu mondok bareng di Tebu Ireng Jombang Jawa Timur.

"Sebenarnya aku dulu hanya iseng buka facebook, " suaranya lirih.

"Jadi kamu kenal dia cuma lewat facebook? " Ridwan melotot menatap Fatur.

"Awalnya cuma iseng-iseng karena aku jenuh, Zahara juga sibuk karena hubungan kita kan longdistand, kita ketemu cuma sekali waktu perkenalkan." Fatur meletakkan peci di atas meja dan bersandar pada kursi.

"Jadi cuma karena kesepian kamu bisa hianati hubungan pertunangan dengan Zahara, hanya karena kesepian, aku ga habis fikir. "Ridwan marah mendengar pengakuannya.

"Dia itu kaku banget, ga pernah perduli sama aku, cuek juga ga pernah ada kata-kata romantis." Fatur tak mau disalahkan.

"Kamu kan sudah tahu itu dilarang oleh agama, sebelum kalian halal." Ridwan terus memojokkan dan hanya menggelengkan kepala.

Sesekali Fatur kembali menghempaskan nafas lelah.

*****

"Maafkan Mba Astri ya?" suara sesal terdengar jelas di balik telepon, antara Hong Kong dan Surabaya, dia adalah kakak ipar perempuan yang telah mengenalkan Fatur waktu pulang cuti 2 tahun lalu.

"Udah Mba jangan bahas masalah ini terus, Zahara sudah iklas Mba ... !" Dengan santun Zahara berkata.

"Andai mba tidak ngotot memperkenalkan dia denganmu, mba tidak perlu membuat hatimu bersedih seperti sekarang," suara isak tangis Mba Astri terdengar di balik telepon.

"Tugas manusia hanya berusaha, tapi Allah yang menentukan, mungkin ini yang namanya belum jodoh Mba," suaranya terdengar datar. "Lagian selama menjalani komunikasi ada banyak sekali keganjilan dan ternyata firasatku bener." Tegas Zahara.

"Firasat yang bagaimana, mba ga mudeng? " rasa penasaran terdengar jelas dari suara Mba Astri.

"Waktu pertama kali bertemu, sebenarnya ada rasa tidak nyaman, tapi aku berusaha untuk menepisnya Mba, mana mungkin temen Mba Astri tidak baik fikirku." Zahara mencoba bicara terbuka.

"Memang apa yang kamu lihat waktu pertama kali bertemu, ko bisa?" Mba Astri makin penasaran.

"Dari tatapan matanya, saya merasa risih, belum lagi waktu dia sudah bawa orangtuanya ke rumah kita Mba, pembicaraanya mulai tidak sopan."

"Hah kenapa kamu tidak bilang," Mba Astri semakin syok.

"Semua sudah terlanjur, lagian dulu terlalu cepat pula aku menerima lamarannya, tanpa tahu kepribadian dia lebih jauh, saat aku kembali ke Hong Kong semakin tidak yakin hati ini, kami komunikasi lewat telepon kan?"

"Trus ... trus ...?" mba Astri berkata penuh penasaran.

"Trus arah pembicaraan, mulai sedikit ngnaco, tapi aku secara halus menolak maksudnya, disitulah keraguan mulai menjalar dan bertambah, lalu kucoba solat istiharoh setiap malam Mba untuk meminta petunjuk." Jawab Zahara.

"Mungkin ini semua petunjuknya Zahara, dia tidak pantas untukmu?" suara Mbak Astri terdengar lebih marah.

"Apa pun keputusan Allah, aku yakin itu adil untuk hidupku, Allah pernah yang berfirman dalam Al-qur'an surat 'Imran ('Āli `Imrān):200 - Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung," tutur Zahara.

"Iya Zahara, aku salut terhadapmu, kamu sangat kuat juga berhati suci, selalu khusnuzon terhadap Allah." mbak Astri menenangkan.

"Iya sudah ya mbak, aku mau kerja lagi neneku lagi masuk rumah sakit, bilang sama ibu jangan banyak fikiran nanti dia sakit!" Zahara menitip pesan dan menutup telponnya.

Zahara ahirnya tidak pulang dan bekerja kembali di majikan yang sama. Dia syok bila yang seharusnya menjadi hari pernikahannya harus dia gantikan sebagai tamu undangan pernikahan bersama Fatur.

*****

"Aku menyesal telah tergoda wanita sepertimu Dewi," Fatur melemparkan jaket kulit di atas kasur.

"Oh jadi kamu menyesal menikah denganku, setelah menikmati tubuhku, dasar kau bajingan," Dewi mulai mengumpat.

"Iya aku yang bodoh, rupamu ayu tapi mulutmu busuk", suasana semakin panas.

Setelah pernikahan itu terjadi di dinding hati Fatur tinggallah sebuah penyesalan. Anak menjadi sesuatu yang diharapkan, tapi kini seolah menjadi musibah untuk kehidupannya. Pernikahan yang seharusnya menjadi impian tapi kini menjadi aib keluarga.

Sesekali Fatur hanya melirik anak yang ada dalam pangkuan ibunya. Tapi kembali dia memalingkan muka bila Dewi kembali menatap.

"Dewi merasa diusianya yang masih 19 tahun, mimpi dan masa depan telah sirna, keinginan untuk melanjutkan kuliah telah sirna" mama Dewi berkata pada Fitur,  "Tolonglah kamu beri dia semangat dan motivasi, bantu Mama!"

Tatapan kosong Fatur terlihat jelas dimatannya, Fatur melihat kembali bayi mungil berjenis kelamin laki-laki, yang ada di dekapan ibunya yang sedang menyusu. Sudah hampir enam bulan usia pernikahan Dewi dan Fatur, tapi tidak ada tanda-tanda kebahagiaan dalam rumah tangga mereka berdua.

*****

"Besok aku mau pulang ke Indonesia Bu, aku menang lomba menulis tingkat Nasional". Zahara menelepon uminya dengan sangat berbahagia.

"Memang menang lomba apa, nulis bagaimana, kamu kan seorang pembantu ko menang nulis?" tanya uminya.

"Kan di Hong Kong ada grup kepenulisan namanya komunitas Penulis Kreatif, gitu Bu, sering adakah even menulis tingkat nasional, jadi biar kita TKW teman-teman di Hong Kong masih tetap bisa mengejar cita-cita setinggi langit dan sejauh ke Negeri Cina nah sekarang kan Zahara lagi di Negeri Cina jadi ga salah kan manfaatkan kesempatan itu." Tutur Zahara penuh semangat.

"Ah umi orang ga sekolah, cuma bisanya ngaji di Mushola Pak Paimin dulu, kamu sekolah lagi di sana umi malah bangga sekali Nak, memang kamu bisa sekolah wong tiap hari kamu kerja kok?" kata uminya.

"Kan ada kuliah online Umi, kuliah di facebook bersama Abah Adrie Noor dan Eyang Jumari Haryadi Kohar. " Cetus Zahara penuh semangat.

"Owalah Nduk-nduk umi ga mudeng, yo wes apapun yang kamu lakukan Umi dukung selama itu hal positif " uminya menasehati.

"Minta doanya ya Umi, Zahara bisa jadi penulis terkenal dan bisa ajak Umi dan Abah ke mekah karena punya banyak uang, Hehe ...." Zahara terkekeh dengan mimpinya. Ibunya tersenyum bangga.

Selama hubungan dengan Fatur berakhir Zahara tidak lagi memikirkan tetang laki-laki, dia selalu percaya jodoh itu sudah ada, jodoh itu masih disimpan, jodoh itu masih menjadi misteri. Hari-harinya kian disibukkan dengan menulis untuk melupakan masalah dalam hidup. Mempertebal keimanan sebagai pedoman bila ingin mendapatkan pasangan yang baik, perbaiki diri terlebih dahulu, pantaskan diri untuk mendapatkan yang terpantas. Kini hidup Zahara lebih baik dan bertambah pula Keimanan



No hp: +85294338503






























Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer